Oleh; Achmad
Asyhar Basyir[1]
Tahun 2015 akan menjadi tahun yang sulit untuk perbankan
konvensinal, disebabkan inflasi Indonesia yang naik menjadi 6,23% dari target
inflasi yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar 4,5%. Beberapa penyebab
kenaikan inflasi pada tahun2014 diantaranya kenaikan harga bahan bakar minyak
(BBM) bersubsidi dari Rp 4.500,- menjadi Rp 6.500,-. Selain bensin cabai merah
dan cabai rawit menyebabkan inflasi karena produksi berkurang yang dipengaruhi
oleh musim kemarau. Tarif angkutan dalam kota dan antar kota juga mempunyai
andil dalam peningkatan inflasi disebabkan harga bahan bakar yang naik. Musim
paceklik di tahun 2014 ini juga menyebabkan supply beras berkurang
sehingga harga naik dan mempengaruhi tingkat inflasi pada tahun ini. Inflasi
sendiri diartikan sebagai kecenderungan naiknya harga secara umum dan terus
menerus, dalam waktu dan tempat tertentu (Ackley;1982, Nopirin;1997,
Boediono;2001).
Penurunan harga minyak dunia dan inflasi meningkat akibat
kenaikan harga BBM membuat nilai dollar menguat. Ditambah dengan stimulus tapering
The Fed yang ingin dilaksanakan pada tahun 2015. Ini akan menambah penguatan
nilai mata uang dollar dan sebaliknya nilai rupiah melemah. Nilai tukar mata
uang suatu negara adalah harga mata uang suatu negara tersebut dihitung dalam
uang negara lain (Mishkin;2001)
Ketika rupiah melemah, maka BI kemungkinan akan menaikkan
tingkat suku bunga dari 7,75% menjadi sekitar 8%. Ketika suku bunga naik, maka
para pebisnis cenderung untuk menahan keinginan untuk meminjam uang ke bank
dengan asumsi tingkat suku bunga naik. Sehingga pergerakan bank konvensional terbatas.
Suku bunga adalah biaya yang harus dibayar oleh peminjam atas pinjaman yang
diterima dan merupakan imbalan bagi pemberi pinjaman atas investasinya (Noprin;1996)
Kondisi ini yang akan menjadi peluang perbankan syariah
untuk mengambil alih dari terbatasnya pergerakan bank konvensional. Karena
basis dari perbankan syariah tidak terpatok pada tingkat suku bunga bank, tetapi
pada tingkat imbal hasil.
Pertumbuhan perbankan syariah yang biasanya menargetkan
sektor UKM dan pembiayaan menggunakan mata uang rupiah akan menjadi trend. Bank Syariah sebaiknya
menghindari pembiayaan dengan menggunakan dolar dan pembiayaan korporasi.
Karena harga minyak akan ditekan sehingga dolar menguat. Pembiayaan sektor
menengah bisa tetap ekspansi secara selektif (Adiwarman:Republika)
Mudah-mudahan
perbankan syariah di tahun 2015 ini semoga bisa mencapai pertumbuhan 30%, di
saat laju pertumbuhan perbankan konvensional yang diperkerikan akan mengalami
penurunan pertumbuhan aset.
Daftar
Pustaka
Boediono. 2001. Indonesia
menghadapi ekonomi global. Yogyakarta;BPFE.
Mishkhin, Frederic S , 2001, The
Economic of Money, Banking and Financial Market. New York;Addison Wesley
Nopirin. 1996. Ekonomi Moneter, Buku
II, Yogyakarta;BPFE
Republika.co.id
[1]
Penulis merupakan Mahasiswa STEI Tazkia jurusan Bisnis Manajemen Islam, juga
merupaka penerima beasiswa CIMB Syariah dan MES Foundation
Tag :
Bank Syariah
1 Komentar untuk "Peluang Perbankan Syariah di Tahun 2015"
JOIN NOW !!!
Dan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.cc